Oleh-oleh dari Gunung Kerinci, Aku Sempat Galau (Gelisah Antara Lanjut Atau Udahan) (1)

1

TIKET Sriwijaya Air Medan-Padang-Medan milikku yang kupesan untuk penerbangan pergi tanggal 3 Mei 2016 dan pulang tanggal 9 Mei 2016. (FOTO: TRULY OKTO PURBA)

GALAU. Situasi ini yang “mampir” ke dalam hatiku begitu mendapatkan informasi dari teman-teman di Medan kalau pendakian ke Gunung Kerinci, Jambi ditutup sejak 28 Maret 2016. Semula tak percaya. Tetapi setelah mengecek di media-media online dan menelepon teman di Jambi, akhirnya aku percaya. Aku wajar galau karena jauh-jauh hari aku dan sejumlah teman-teman jurnalis dari Medan sudah menjadwalkan pendakian ke Gunung Kerinci pada libur panjang di bulan Mei atau tanggal 3-8 Mei 2016. Kamipun jauh-jauh hari sudah membeli tiket untuk perjalanan tersebut.

Petugas Pos Pengamatan Gunungapi Merapi Kerinci, Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan para masyarakat sekitar Gunung Kerinci dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah gunung dengan radius tiga kilometer karena aktivitas vulkanik gunung yang terus mengeluarkan gempa hembusan. Dari rekomendasi tersebut,  Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) memutuskan untuk sementara menutup jalur pendakian mulai 28 Maret. Alasan lainnya, cuaca juga ekstrem, antisipasi keracunan belerang dan abu vulkanik. Karena aktivitas vulkanik tersebut, TNKS pun memberikan status waspada (level II).

Gunung Kerinci sebagai tipe gunung api aktif yang merupakan tertinggi di Sumatera ini memang sering mengeluarkan gempa hembusan. Aktivitas gempa hembusan terekam sepanjang Februari dan Maret dengan tingkat kekuatan dan jangka waktu yang fluktuatif. Ketinggian abu ada yang mencapai 2.000 meter. Sementara kekuatan gempa hembusan berkisar 0,5 – 5 milimeter dan lama waktu antara 10 – 25 detik.

Namun, perasaan galau di hatiku hilang begitu mendapatkan kabar dan berita kalau Balai Besar TNKS kembali membuka jalur pendakian Gunung Kerinci tanggal 6 April 2016. Namun, meskipun jalur pendakian gunung dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut itu telah dibuka kembali, pendaki hanya diperboleh melakukan pendakian hingga shelter II atau pada ketinggian 3.100 mdpl. Alasannya, shelter II ini merupakan titik aman. Di daerah itu masih banyak pohon yang tinggi sehingga jika terjadi peningkatan aktivitas Kerinci, maka mereka (pendaki) terlindungi oleh pepohonan tersebut. (republika.co.id, 6 April 2016)

Mendapat informasi kalau pendakian hanya diperbolehkan sampai shelter II, perasaan galau kembali muncul. Galau, ya galau alias Gelisah Antara Lanjut Atau Udahan. Aku benar-benar gelisah, antara melanjutkan pendakian ini atau menyudahinya saja. Aku dan teman-teman berunding.

Kami tetap melanjutkan pendakian ini tetapi dengan beberapa alternatif. Seandainya saat tiba di Jambi nanti, pendakian ke Kerinci benar-benar ditutup, maka kami akan mendaki Gunung Tujuh, Jambi. Meskipun berdekatan dengan Gunung Kerinci, tetapi pendakian ke Gunung Tujuh relatif aman dan tidak ditutup. Sebagai pengganti Gunung Kerinci, maka kami akan mendaki Gunung Marapi di Sumatera Barat. Tetapi seandainya pendakian ke Kerinci tidak ditutup, maka kami tidak mendaki Gunung Marapi. Akhirnya kami semua klop berangkat ke Jambi tanggal 3 Mei 2016.

Sembari menunggu keberangkatan, kami terus memantau perkembangan pendakian Gunung Kerinci. Kami membaca berita-berita di media online, menelepon teman di Jambi atau menelepon petugas TNKS Wilayah I Kayu Aro. Hingga akhir April 2106, situasi pendakian Gunung Kerinci masih sama seperti di awal Maret yakni pendakian hanya diperbolehkan sampai shelter II. Namun, pengelola TNKS Wilayah I Kayu Aro tidak melarang jika pendaki sampai ke puncak. Namun, jika pendaki tetap ingin mencapai puncak Gunung Kerinci, maka diminta mengutamakan keselamatan dengan melihat arah mata angin dan cuca.(suara.com, 21 April 2016)

Jika abu vulkanik menuju ke utara atau timur, berarti aman untuk mendaki ke puncak. Namun, jika abu vulkanik mengarah ke barat dan selatan, maka diminta untuk tidak mendaki sampai puncak. Untuk diketahui, jalur pendakian gunung yang berada di kawasan TNKS berada di bagian barat dan selatan gunung.

Melihat perkembangan terbaru Gunung Kerinci ini, aku dan teman-teman cukup bersyukur. Satu saja permintaan kami, semoga kondisi Gunung Kerinci semakin membaik, “batuk-batuk” nya semakin berkurang saat kami mendaki nantinya.(*/bersambung)

 

Tinggalkan komentar